SEKILAS SEJARAH EVOLUSI AGAMA
HINDU.
Oleh
Jero Mangku Pica.
BAB.I
PERADABAN
LEMBAH SUNGAI SINDHU
(
3000 SM – 2000 SM )
Pada mulanya sejarah India kuno atau
Sejarah Hindu umumnya dianggap sejarah agama weda orang-orang Arya ( Vedic
Aryan) akan tetapi setelah Sir JohnMashall menemukan peninggalan sejarah di
Harappa dan Mohenjodaro pada akhir abad ke 20 anggapan itu mulai terbantahkan
dan sebelum kedatangan bangsa Arya, penduduk asli India adalah suku bangsa
Dravida yang mempunyai cirri-ciri berkulit hitam, berhidung pesek, berrambut
kriting dan berbadan pendek ( Mahajan, 1960;Majumdar 1998;Macmillan (ed),
2002:22 ).
Bukti-bukti
yang diyakini para ahli sejarah India sebagai tinggalan peradaban bangsa
Dravida yang kemudian disebut peradaban lembah Sungai Sindhu ( Indus
Civilization) atau peradaban Harappa ( Harappa Civilization) yang berlangsung
sekitar tahun 3000 SM sampai 2000 SM.
Agama
Lembah Sungai Sindhu (Indus Religion ) memberikan catatan penting bagi sejarah
evolusi agama Hindu di India dan ajarannya banyak mempengaruhi agama dan kebudayaan
weda yang berkembang belakangan bersamaan dengan kedatangan orang Arya ke India
cirri-cirinya:
1. Pemujaan
kepada Dewi Ibu ( Mother Goddess): Orang-orang yang hidup di lembah sungai
Sindhu percaya bahwa Mother Goddess atau kekuatan perempuan (Shakti) merupakan sumber dari semua
ciptaan ( Mahajan , 1960:67-68;
kundra,1968)
2. Pemujaan
kepada Dewa Purusha ( Male God ) : Dengan ditemukannya suatu ukiran yang
berwujud manusia bertannduk dua memakai ikat kepala dan dikelilingi beberapa
binatang, wujud ini dianggap sebagai prototip Shiwa Pasupati atau dewa penguasa
binatang buas.
3. Pemujaan
Lingga ( Ithy-Phallicism); ditandai dengan penemuan batu berbentuk phallus (
alat kelamin laki-laki) yang berbentuk kerucut ( conical) dan silinder(cylinder)
4. Pemujaan
kepada Pohon dan Binatang : dibuktikan dengan penemuan gambar-gamar pohon
bersama-sama dengan wujud manusia dengan atribut-atrbutnya.
5. Pemujaan
patung atau Arca ( Iconism) ; merupakan salah satu yang terpenting dalam
kebudayaan Lembah Sungai Shindu yang tidak dikenal dalam agama
Weda(Luniya,2001;33).ditandai dengan ditemukannya sebuah patung yang menyerupai
seorang yogi,dengan cirri-ciri mata memicing melihat ujung hidung(
Mahajan,2002;63).
6. Upacara
Kurban dibuktikan dengan ditemukannya sebuah lukisan seorang laki-laki
mengangkat sabit (clurit) dan didepannya duduk seorang perempuan dalam sikap
menyembah. Ini diperkirakan sebagai upacara kurban manusia sebagai persembahan
untuk memohon kesuburan (Marshall,1931;mackay,1935).
BAB.II
ZAMAN
WEDA
(
2000 SM- 1000SM )
Peradaban lembah Sungai shindu
dilanjutkan oleh yang menyebut dirinya bangsa Arya yang datang memasuki India dari
barat laut India melalui Hindu-Kush atau Khaiber Pass kemudian menetap diantara
lembah sungai Shindu dan sungai Saraswati(Mahajan,1960;96-101).
Secara
fisik orang Arya berkulit putih, tinggi ,hidung mancung dan sangat atraktif,
secara genetis memiliki kesamaan dengan orang-orang Inggris,jerman,Iran dan
sebagian India. Orang Arya sudah memiliki kebudayaan tinggi pada jaman itu,
walaupun mereka hidup nomaden. Bangsa Arya dianggap sebagai pembawa dan
penyebar agama Weda ( Vedic Religion) di India.
a. Sekilas
Tentang Weda.
Kata
Weda berasal dari urat kata”Wid” yang artinya pengetahuan atau mengetahui
(Manni,1975;43),Weda diyakini bersumber dari wahyu Tuhan yang didengar langsung
oleh para maharsi sehingga disebut sruti,Dengan demikian Weda bukanlah buatan
manusia(apuruseya). Pengajaran dan
pewarisnya dilakukan secara lisan ( Guruparampara). Weda berjumlah Empat
yakni Rig Weda samhita, sama weda
Samhita, Yayur Weda samhita dan Atharwa weda Samhita.
Selain
itu juga terdapat Weda-weda minor( Upaweda) dan badan-badan Weda ( Wedangga)
yang bersumber dari kitab suci Weda.Kitab suci Weda terdiri atas bagian-bagian,
sebagai berikut.
(a) Kitab-kitab Mantra Samhita dari catur Weda.
(b) Kitab-kitab
Brahmana yang dikaitkan dengan setiap Weda Samhita.
(c) Kitab-kitab
Aranyaka yang dikaitkan dengan setiap Weda Samhita.
(d) Kitab-kitab
Upanisad atau kitab Wedanta yang dikaitkan dengan setiap Weda Samhita.
Kitab Samhita merupakan buku-buku yang
isinya berupa”kumpulan nyanyian pujian”atau himne yang harus diucapkan atau
dinyanyikan untuk memuji kebesaran dari para dewa, serta memohon perlindungan
dan anugrahnya.
Rig
Weda adalah Weda yang tertua di antara empat Weda yang lain dan pada mulanya
Weda diajarkan secara lisan oleh Para Maharsi, kemungkinan besar Weda tidaklah
tersusun secara sistimatis.Baru kemudian Weda dikodifikasikan menjadi empat,
disebut catur Weda samhita.Secara tradisi diyakini bahwa penkodifikasikan Weda
dilakukan oleh Maharsi Wyasa bersama keempat muridnya, yaitu
Pulaha,Jaimini,Waisampayana, dan Sumantu( Agni Purana,Bab 150).yang dilakukan
antara tahun 1.500 SM – 1.000 SM. Zaman Weda umumnya dibagi menjadi dua
periode, yaitu Zaman Rig Weda atau Zaman Weda Awal ( Early vedic Period), dan
Zaman Weda Akhir ( Later Vedic Period) ( Majumdar, 1998;65 dan 74)
2.2.
Zaman Rig Weda atau Zaman Weda Awal ( Early Vedic Period) ; Dengan Ciri-ciri
yang terpenting dari agama Rig Weda dapat dilihat dari konsep ketuhanan dan
ritual yang dilaksanakan sebagai berikut.
1) Konsep
Ketuhanan Rig Weda adalah Henoteisme, Kathenoteisme,Politeisme, Monoteisme dan
monisme ( Griswold,1999;342-347;Chatterjee, 1970;13-14).Percaya kepada banyak
Dewa, tetapi ada satu Dewa Tertinggi sebagai peminpin dari Dewa-Dewa yang lain.Dewa
Tertinggi diyakini sebagai sebagai pencipta, pemeihara pelindung , pemberi
kebahagiaan dan juga kekayaan kepada manusia.Dalam beberapa suku Arya terkadang
Dewa tertinggi berbedabeda sihingga ada banyak Dewa tertinggi.
Adapun
Dewa yang dipuja dalam Agama Rig Weda adalah dewa-dewa Prakerti( Natures God)
seperti pemujaan kepada dewa Surya, Usha,Indra,Parjana,Wayu dan lain-lain dan
berjumlah 33 (Tribhir Ekadasai) ( Mac Donell,1991:19). Dyausbadalah Dewa yang
bersinar di Sorga dan Prthiwi adalah Dewi bumi yang merupakan dewa trtua
didalam Rig Weda.
Selain
percaya kepada Dewa-dewa , agama rig Weda jugapercaya adanya leluhur, dalam
kepercayaan Rig Weda leluhur memiliki kedudukan tersendiri di alam para dewa.
Pada
mulanya Agama Rig Weda dipandang sebagai politeisme, tetapi pendapat ini mulai
diluruskan mengingat sloka terakhir dari Rig Weda jelas sekali menunjukkan
bahwa kepercayaan dari agama Rig Weda mengarah pada Monoteisme, bahkan monism(
Griswold, 1999;342-347) dalam Rig Weda Mandala X yang menyatakan bahwa “ yang
ada berasal dai yang tidak ada dan yang nyata muncul dari yang tidak nyata”dan
juga dijelaskan kepercayaan bahwa Tuhan itu Esa tetapi memiliki banyak nama.
2) Ritual
Upacara
Soma merupakan pusat dari ritual agama Weda, selain menjadi persembahan juga
dipuja sbagai dewa,sama halnya dengan saraswati yang dipuja sebagai dewa sungai
dan dewa pengetahuan.
Ciri
lainnya bahwa pada zaman ini juga dikenal adanya binatang yang disucikan ,
tetap ada juga yang dikurbankan seperti, sapi, kambing,kerbau,binatang-binatang
buruan , ular dan burung-burung ( Thapar,1979;41). Sapi selain dikurbankan juga
disucikan pendapat ini disampaikan oleh Vivikananda dan JW Nehru. Didalam rig
Weda ada mantra yang diucapkan pendeta sebelum upacara kurban dilakukan,sebagai
berikut.
“
Engkau tidak disakiti, enkau tidak dibunuh, engkau tidak mati, engkau akan
pergi ketempat para dewa melalui jalan yang benar dan indah “ (
Griffith,1979:229;Puja,1979:334)
“Engkau akan dijemput dengan kereta
indah, yang ditarik oleh kuda-kuda milik Dewa Indra, kuda milik Dewa Maruta,
dan kuda milik Dewa Aswin, dan para dewa juga akan menemanimu pergi ke sorga ‘
( Puja, 1979;334)
Berdasarkan
Sloka diatas maka menurut Rig Weda,upacara kurban binatang bertujuan untuk :
a) Membantu
binatang kurban untuk mendapat sorga tempat para dewa.
b) Membebaskan
dosa-dosa binatang sehingga bisa menjelma kembali menjadi mahluk yang lebih
mulia.
c) Membebaskan
dosa-dosa orang yang melaksanakan yadnya.
Pada
jaman Rig Weda (X.15.14)juga dilaksanakan Upacara kematian yaitu dengan jalan
dibakar (Agni Dagdha) dan dikubur (Anagni Dagdha), Agama Rig Weda juga
mengajarkan yadnya kepada para leluhur, dan tidak mengajarkan pembuatan dan
penyembahan patung(Luniya, 2002;41). Rig
Weda tidak menganjurkan untuk pembuatan tempat pemujaan atau kuil-kuil,mereka
sembahyang memuja Tuhan di tempat terbuka atau altar ( Mahajan, 1960;127)
2.3 . Zaman Weda Akhir ( Later vedic period )
Merupakan
pembabakan sejarah kedua dalam agama weda (vedic religion).Zaman Weda Akhir
berlangsung sekitar tahun 1.000 SM atau 600 SM ( Sharma,
2001;51;Mahajan,1960;127).
Petunjuk
keagamaan orang Arya pada zaman ini dapat dijumpai dalam kitab suci Sama Weda,
Yayu Weda,dan Atharwa Weda, termasuk juga kitab-kitab Brahmana, Aranyaka, dan
Upanisad( Khanna,1975;23)
Pada
zaman sama Weda kehidupan ekonomi Bangsa Arya mulai membaik dan berpengaruh
membaiknya perkembangan agama weda sehingga kedudukan pendeta menjadi sangat
penting demikian pula awal lahirnya sistem kasta ( caste system )di India yang
didasarkan pada konsep Catur Warna yaitu pelapisan masyarakat yang berdasarkan
keturunan atau warisan bukan berdasarkan atas profesi.(
Sharma,2001;54;Majumdar,1998;88) dan pada jaman ini mantra-mantra mulai
dinyanyikan tidak hanya pada upacara keagamaan saja.Nyanyian-nyanyian suci itu
dikodifikasikan menjadi bentuk kitab suci baru yang disebut kitab suci Sama eda
( Datta, 1950;147-158).
Setelah
berhasil mengkodifikasikan kitab Suci Sama Weda , mulailah dikumpulkan
sloka-sloka suci lainnya dalam bentuk baru yang disebut kitab suci Yayur Weda
dan Zaman ini pula disebut zaman Yayur Weda . Perubahan atau evolusi yang
sangat penting pada zaman Yayur Weda adalah perubahan kehidupan social ekonomi
bangsa Arya yang sudah berhasil menguasai seluruh India sehingga muncul
Negara-negara jajahan oleh karena itu mulai muncul upaya mempertahankan dan
mengukuhkan kekuasaan sehingga disusunlah kembali cara-cara untuk melaksanakan
kurban suci (yajna).
Kitab
suci yang berisikan petunjuk-petunjuk untuk melaksanakan setiap upacara yajna
lengakap dengan mantra-mantrapemujaan inilah yang disebut Yayur Weda.Yayur Weda
dibagi atas dua bagian penting yakni Krisna Yayur Weda ( yayur Weda Hitam ) dan
Sukla Yayur Weda Yayur Weda Putih). Ada beberapa jenis yadnya yang dilaksanakan
pada zaman ini,antara lain ; Gosawa,Rajasuya,Wajapeya,
Goghana,Caturmasya,Nirruddha pasu bandha,
Maduparka,Gawamayana,Sarwamedhayajna,Naramedhayajna,Homa atau Agnihotra, dan
kedudukan pendeta pada zaman ini sangatlah penting karena berkaitan dengan
keberhasilan yajna yang dilaksanakan.
2.4.
Zaman Atharwa Weda.
Secara tradisi dari zaman Sathapatha
Brahmana sampai dengan zaman manu Samhita atau zaman Smrti,kitab suci Atarwa
Weda tidak diakui sebagai kitab suci oleh para pendeta ( Mahajan,
2002;1060),hanya kitab suci Rig Weda, sama Weda, dan Yayur Weda yang diakui dan
ketiganya disebut kitab suci Trayi Weda atau Trayi-Widya berarti tiga kitab
suci Weda ( Datta,1950;6-10}. Baru kemudian pada zaman Maurya yaitu zaman
kebangkitan agama Hindu ( Revival of Hindism) pada zaman Brahmana, maka Atharwa
Weda diakui sebagai bagian dari weda,sejak zaman inilah kitab suci Weda disebut
Catur Weda. Dengan diterimanya kitab suci Atharwa Weda sebagai bagian dari
Catur Weda Samhita menunjukkan terjadinya sinkritisme agama Arya dan Dravida (
Sharma,2001:107;Luniya,2002;53).
2.5
Keadaan Agama Hindu pada Zaman Weda Akhir ( Later Vedic Period).
Selama
upacara yajna berlangsung keempat kitab suci Weda ( Catur Weda ) diucapkan dan
dinyanyikan . Mantra-mantra dalam kitab Suci Rig Weda diucapkan oleh pendeta
yang disebut Hotri,Sama Weda disebut Udgatri, Yayur Weda disebut
Adwaryu,Atharwa Weda dinyanyikan oleh pendeta yang disebut Brahmana dan
Brahmana ini sebagai pemimpin upacara yajna ( Macmillan (ed),2001;50)
Ciri
penting lainnya bahwa upacara yanja harus dilakukan berdasarkan petunjuk dari
kitab suci Yayur Weda dan ada lebih sepuluh macam yajna besar yang harus
dilakukan salah satunya adalah Upacara caturmasya yanja yang bertujuan memuja
Dewa waruna. Pada Zaman weda Akhir ini adalah mengenai atribut upacara,dimana
dalam Yayu Weda, mandala X , disebutkan bahwa umat yang melaksanakan upacara
harus memakai Mekhala ( sjenis Selempot di Bali ) dan juga memakai Ushnisha
yaitu sejenis destar atau semacam “ Ketu “ yang dipakai dikepala ( Macmillan
(ed), 2001;30 ). Di samping itu jugadisebutkan bahwa dalam pelaksanaan sebuah
yajna para pendeta mengenakan pakaian putih, kuning atau merah ( Datta, 1950).
Berdasarkan
uraian tersebut diatas maka dapat dijelaskan karakteristik agama Weda ( Vedic
Religion) ( Kundra, 1968;34;Sharma,2001:0) sebagai berikut.
1. Percaya
adanya banyak Dewa, tetapi juga percaya kepada Tuhan Yang Esa.
2. Percaya
adanya leluhur.
3. Pentingnya
pembacaan kitab Suci Weda.
4. Pentingnya
melaksanakan Upacara Yajna kurban.
5. Pentingnya
melaksanakan upacara kematian.
6. Pentingnya
kedudukan pendeta.
7. Tidak
menyembah patung.
8. Tidak
membuat tempat ibadah (kuil)
9. Agama
Weda bersifat Optimistik, agama rasa, agama kepuasan hati dan bhakti.
10. Moksha
dan sorga hanya dapat dicapai melalui yajna ( Rajeev,1990;17)
BAB.
III
ZAMAN
BRAHMANA
(
1.000 SM – 300 M )
Zaman ketika pengkodisikan kitab Catur
Weda sudah selesai dilakukan.Para rshi sudah tidak mendapat wahyu lagi dan
orang arya sudah mulai menyebar ke arah timur dari kekediamannya semula. Pada
zaman ini pula Kitab Suci catur Weda mulai ditafsirkan untuk pertama kalinya
oleh manusia dan tafsiran pertama dari kitab suci Catur Weda ini disebut
kitab-kitab Brahmana yang memegang peranan penting didalam pelaksanaan agama
Hindu di India pada masa itu.Agama Weda digantikan dengan agama Brahmana dengan
adanya ciri-ciri penting dalam agama Brahmana yang sebelumnya tidak muncul pada
zaman Weda.Dalam zaman Brahmana terjadi berbagai peristiwa keagamaan di india
yang menyebabkan terjadinya evolusi dalam agama Brahmana pada periodisasi
tertentu dan para ahli membagi menjadi tiga zaman, yakni
1. Zaman
Kejayaan Agama Hindu ( 1.000 SM- 600 SM ), zaman ini dibagi lagi menjadi
tiga
periode
penting, yakni periode Brahmana, periode Aranyaka, dan periode Upanisad.
2. Zaman
Kemunduran Agama Hindu ( 600 SM-200 SM ), ditandai dengan zaman kejayaan agama
Buddha di India.
3. Zaman
Kebangkitan Agama Hindu ( 200 SM – 300 M) ditandai dengan kebangkitan kaum
Brahmana melawan dominasi agama Buddha.
3.1 Zaman
Kejayaan Agama Hindu ( 1000 SM – 600 SM ).
A. Periode
Brahmana ( Brahmanical Period) : Zaman Brahmana merupakan perluasan dan
tersebarnya agama Brahmana dan kebudayaan brahmana ( Hindu ). Kehidupan
masyarakat India pada zaman ini cukup sejahtera dengan ekonomi yang kuat.Pada
Zaman ini pembagian warna dalam arti kasta sudah berkembang sangat kuat dan
tanah-tanah sudah dimiliki oleh golongan bangsawan ( Sharma, 2001:61-64;Sharma;2002;44;Luniya,2002:55).
Kehidupan agama juga mengalami perkembangan yang menakjubkan, setiap yajna yang
disebutkan dalam Catur Weda ditafsirkan secara teliti dan ditulis kembali dalam
kitab tersendiri, kitab-kitab hasil penafsiran inilah yang disebut kitab-kitab
Brahmana.Setiap Weda memiliki Kitab Brahmananya sendiri dan ditulis dengan
bahasa sansekerta klasik menggantikan bahasa Sansekerta Weda.Kitab yang
terpenting dari semua kitab Brahmana adalah kitab Satapatha Brahmana.Semua
Upacara dikembangkan,diperluas dan dirinci tiada habis-habisnya, kemudian
dihubungkan dengan arti dan makna mistisnya, Golongan Pendeta pada zaman ini
memusatkan seluruh pikirannya untuk menemukan makna mistis yang terkandung
dalam tatacara upacara ritualnya, kemudian diwujudkan dalam wujud
upacara-upacara dan upakara keagamaan yang sangat mengagumkan dan juga sangat
rumit yang belum pernah terjadi atau diciptakan oleh manusia di dunia ini dan
ini mengingatkan pada agama Hindu sperti diwarisi dan dilaksanakan oleh umat Hindu
di Bali pada saat ini.
B. Periode
Aranyaka( Aranyaka Period).
Bersamaan dengan
berlangsungnya zaman Brahmana dengan kehidupan yang mapan memberikan ruang bagi
para Rshi untuk merenungkan aspek keagamaan yang terdapat dalam Catur Weda
dengan pergi kehutan membawa kitab suci untuk dibaca ,dibahas dan direnungkan
berulang-ulang, ini juga diikuti oleh orang orang kota seperti raja, pedagang
dan pangeran dan membuat kekacauan
social karena banyak rang yang meeninggalkan kewajibannya. Untuk itu kaum
brahmana menegaskan kembali ajaran catur asrama yang harus dipatuhi dengan
maksud agar orang-orang tidak pergi kehutan dan meninggalkan kewajiban
sosialnya.Dalam perenungan para Rshi ternyata ditemukan bahwa Sorga dan moksa
tidak saja dicapai dengan melaksanakan yajna tetapi juga dengan tapa, bratha
dan semadhi( Majumdar,1998:84;Sharma,2001;59). Hasil perenungan – perenungan
inilah yang kemudian ditulis kembali oleh para Rshi dan pendeta di hutan-hutan
(aranya0 sehingga disebut Aranyaka.Jadi pada zaman ini ajaran Weda sitafsirkan
secara Upasana Kanda.
C. Periode
Upanisad ( Upanisadic Period )
Perkembangan pemikiran
pada zaman Brahmana mengalami puncaknya pada zaman Upanisad , sekitar tahun 800
SM atau 600 SM, zaman ini ditandai dengan munculnya pemikiran filosofis dan logika
untuk mengungkap misteri alam semesta dan asfek metafisis lainnya.
Mantra-mantra dalam
kitab suci Rig Wedadan kitab Aettariya Brahman menyebutkan bahwa dunia ini
muncul dari yajna, dipelihara dengan yajna dan pergi kesorga dengan yajna, para
Rshi mulai meragukan kebenaran dari pernyataan tersebut sehingga mulai untuk
melakukan penyelidkan yang lebih luas dan lebih dalam.
Ajaran Upanisad muncul
sebagai penafsiran mendalam dan radikal terhadap isi Kitab Suci Catur Weda,
Jumlah seluruh kitab upanisad dari yang tertua hingga yang termuda adalah 108 (
seratus delapan ) buah dan 12 yang dipandang penting yaitu Aitereya, Kausitaki
(Rig Weda),: Kena. Chandogya (Sama Weda),Swetaswatara,Taittriya, Brhadaranyaka,
Isa, Ktha, Mandukya (Yayur Weda); dan Prasna, Mundaka ( Atharwa Weda) (
Winternitz,1990).
Dengan demikian cirri
utama dari zaman Upanisad adalah munculnya ajaran tentang Brahman,Atman,Hukum
Karma,samsara atau punarbhawa dan Moksa
3.2 Zaman
Kemunduran Agama Hindu ( 600 SM – 200 SM)
Agama Brahmana ditandai
dengan munculnya penafsiran terhadap kitab suci Catur Weda yang melahirkan
kitab-kitab Brahmana, Aranyaka dan Upanisad, namun demikian penafsiran ini
hanya dilakukan oleh para Rshi yang memiliki otoritas untuk itu dan berlangsung
dalam tradisi perguruan ( Guruparampara) yang ketat yang merupakan ajaran
rahasia antara guru dan murid. Ini ditegaskan dengan kata “Upanisad” yang
berarti “duduk dekat dengan guru”untuk menerima ajaran-ajaran mengenai rahasia
ketuhanan (Brahma rahasyam) ( Mahajan,2002;108;Macmillan(ed),2001;51). Kondisi
ini berbeda dengan peristiwa keagamaan Hindu di India yang terjadi pada sekitar
abad ke-6 sebelum masehi dimana Kitab Catur Weda dipelajari secara terbuka dan
bebas ditafsirkan oleh siapapun dan kebebasan ini memunculkan beberapa agama dan
aliran yang pada akhirnya tidak mengakui otoritas Weda sebagai Kitab Suci.
Aliran ini adalah Buddha,Jaina,Charwaka,Ajiwika,Prawrajika,Nirganta, dan lain
sebagainya.
Dari sekian banyak
aliran (reformation movement) yang muncul pada zaman ini, agama Buddha rupanya
memegang peranan penting dalam evolusi agama Hindu di India,ajaran agama Buddha
tidak pernah membicarakan keberadaan Tuhan ( Thapar,1997;66), Agama Buddha
lebih menekankan ajarannya sebagai “Way of life”(pandangan hidup),yakni jalan
hidup luhur dan saleh. Ia menentang segala dogma agama yang berlaku, tetapi
menjunjung tinggi jalan rasional ,kebijaksanaan, dan perkembangan spritualitas
. Bagi agama Buddha , tujuan hidup tertinggi adalah pembebasan Atman dari
ikatan keduniawian sebagai penyebab penderitaan (duhka). Hanya dengan
mengetahui sumber duhka dan jalan melenyapkannya orang akan mencapai kebebasan
dari kelahiran dan kematian yang disebut “Nirwana”. Agama Buddha menentang
kebenaran Weda ,mengutuk korban
binatang, menentang upacara ritual yang dianggap tidak ada artinya, menentang
catur warna (kasta) dan menentang kekuasaan para pendeta
(Luniya,2002:93).Ajaran Buddha yang cukup sederhana mampu menarik simpati
rakyat India pada waktu itu sehingga sebagian besar orang-orang Hindu (beragama
Brahmana) beralih agama ke agama Buddha dan dapat dikatakan bahwa zaman ini
adalah zaman keemasan agama Buddha(The Golden Age of Buddhism) di
India.peristiwa ini mengakibatkan agama di india pecah menjadi duangolongan
yaitu golongan ortodoks dan golongan rasionalis dimana golongan ortodoks yang
masih menganut agama Brahmana sebaliknya golongan rasionalis adalah penganut
agama Buddha,Jaina,dan sebagainya yang menentang agama Brahmana. Dengan
meluasnya pengaruh golongan rasionalis ini maka agama Brahmana mengalami kemunduran yang luar biasa sehingga disebut zaman
Kemunduran Agama Hindu.
3.3 Zaman
Kebangkitan Agama Hindu (Revival of Hinduism) ( 200 SM – 300 M )
Zaman keemasan agama
Buddha di India telah merubah wjah sejarah India bukan saja sejarah agama
tetapi juga sejarah politik dan kebudayaan, bahkan agama Buddha ditetapkan
sebagai Negara. Raja saat itu memperlihatkan sikap anti terhadap agama Hindu
(Brahmana) dan melarang seluruh upacara yajna yang menggunakan kurban binatang
pada waktu-waktu tertentu dan ini berlangsung sampai akhir abad ke-3 masehi.
Kemudian pada abad ke-2
sebelum masehi kaum brahmana bangkit mengadakan pemberontakan melawan kerajaan
Magadha yang beragama Buddha, diman pada zaman ini terjadi pemberontakan dari
golongan agama Hindu yang dipimpin oleh Pushyammitra seorang brahmana yang
menjabat senapati di kerajaan Magadha, Pusyamitra berhasil membunuh raja
terakhir dari Dinasti Maurya dan mendirikan dinasti Brahmana yang disebut
Sungga ( Majumdar,1998;116-117).
Pusyamitra menjadi
pelopor yang mendobrak dan memusnahkan pengaruh agama Buddha di India dan
membangkitkan kembali pelaksanaan ritual seperti, upacara Aswamedhayajna
–upacara terbesar dalam agama Hindu, serta menolak ajaran Ahimsa juga munculnya
mazhab-mazhab yang berdasarkan agama Brahmana terutama mazhab Wasudewa disebut
juga mazhab Waishnawa, dan mazhab Shiwa.Demikian lah pada zaman kebangkitan
agama Hindu (Revival of Hinduism) terjadi banyak perubahan dalam kehidupan
keagamaan masyarakat India seperti dewa-dewa yang sebelumnya dianggap tidak penting
menjadi penting dan dipuja oleh
masyarakat India seperti Dewa Wishnu, Shiwa dan lain-lain. Dalam kesusastraan
mulai ditulis sastra-sastra di luar kitab suci Weda seperti kitab –kitab suci
baru yang disebut dengan nama pancama Weda ( Weda kelima) yaitu Itihasa(
Ramayana) dan Mahabharata ),Bhagawad Gita, Shwetaswatara,kitab-kitab Purana
yang dapat dibaca oleh masyarakat umum dan dikatakan bahwa kesuciannya sama
dengan kesucian kitab suci Weda.Dan zaman ini berkembang juga system filsafat
Hindu yang bersumber dari kitab-kitab Upanisad dan kitab-kitab Brahmana yang
berisi ajaranajaran tentang upacara yajna dan ritual lainnya.
Dalam sosial keagamaan pada zaman
ini terjadi pengakuan terhadap semua adat istiadat di daerah dan penegakan
hukum bersumber dari adat yang berlaku dimana kitab Dharmasastra menjadi kitab hokum Hindu yang
juga menjadi sumber hokum social India pada zaman itu.
BAB. IV
ZAMAN PURANA ; ZAMAN KEEMASAN AGAMA
DAN KEBUDAYAAN HINDU
( 300 M – 700 M )
Dalam
masa keemasan dan kebangkitan agama Hindu di India yang merupakan kelanjutan
dari zaman Brahmana akhir (200 SM – 300 SM )salah satu cirri terpenting adalah
munculnya mazhab-mazhab dalam agama Hindu seperti mazhab Waishnawa yang
mengagunkan Dewa Wasudewa yang disamakan dengan Dewa Wisnhu dalam Weda,
sedangkan mazshab Shiwa mengagungkan Dewa Shiwa yang disamakan dengan Dewa
Rudra dalam Weda9 Thapar,1979;1610.Selain itu muncul mazhab besar lainnya yaitu
Shakta ( pemuja Shakti),Ganapatya(pemuja Ganesha),dan Sora(pemuja
Surya(Majumdar,1998:171). Kelima mazhab ini disebut Panca Sakha atau Panca
Upasakha atau Panca Yatanapuja.Kelima mazhab tersebut tidak ada perbedaan yang
tegas dan lebih tepat disebut sebagai bentuk
pemujaan ista dewata. Kesusastraan Hindu yang penting di zaman ini
adalah kitab-kitab Purana, secara tradisi , diyakini bahwa kitab Purana ditulis
oleh Maha Rshi Wyasa dan umumnya disebut Pancama Weda.Bermunculannya
kitab-kitab purana seiring dengan tumbuh-suburnya mazhab-mazhab dalam agama Hindusehingga
zaman ini disebut zaman Purana. Adapun agama Hindu pada zaman ini disebut agama
Purana (Puranic religion). Dalam agama Brahmana menitikberatkan pelaksanaan
agama pada yajna dan persembahan kurban binatang sedangkan dalam agama purana
justru bersifat sectarian artinya muncul banyak sekte yang secara tegas berbeda
antara sekte yang satu dengan sekte yang lainnya ,antara lain memiliki nama
Tuhan yang berbeda,memiliki kitab suci tersendiri ,memiliki sadhana sendiri,
doktrin ajaran sendiri,memiliki pemujaan khas,memiliki ajaran moksa sendiri dan
memilki system filsafat sendiri ( Rajee, 1990). Mazhab waisnawa dan Shiwa
mengalami perkembangan pada zaman Purana ini karena pengaruh dari agama Bhudha
seperti ahimsa,vegetarian,pembangunan kuil-kuil dan sapi mulai disucikan yang
pada akhirnya menjadi bagian dari ajaran mazhab Waisnawa, sedangkan lembu
disucikan oleh penganut Shaiwa. Dengan adanya perbedaan ajaran yang mendasar
dari kedua mazhab ini maka agama Hindu pecah untuk kedua kalinya.Maz hab
Waishnawa dan Shiwa saling bertentangan untuk mempertaruhkan prinsip-prinsip
kepercayaannya masing-masing dan pada zaman ini muncul pula mazhab lain sebagai
penengah yang disebut Mazhab Brahmana-Smarta pada abad pertama sebelum masehi,
mazhab ini mengajarkan penyembahan pada Dewa Trimurti, yaitu Brahma, Wishnu dan
Rudra ( Majumdar, 1998:177;Rajeev,1990:27).Mazhab yang menyembah Trimurti(
Brahma, Wishnu,Shiwa) ikut menyebar ke Indonesia bersama dengan mazhab
Shiwagama dan Waishnawagama, dan zaman Purana ini memang tepat disebut zaman
keemasan agama Hindu, mengingat sudah mulai tersebar ke seluruh India, bahkan
juga ke Indonesia sejak abad pertama masehi (Kundra, 1968;187;Luniya,2002;189).
Tantrayana berpengaruh sangat kuat dalam masyarakat bahkan mampu mempengaruhi
seluruh mazhab yang ada dalam agama Hindu, munculnya ajaran Tantrayana menjadi
cirri penting pada zaman Purana ini dan cirri-ciri dari ajaran Tantrayana yaitu
moksa dapat dicapai dengan sadhana(disiplin rohani), mempersembahkan sarana
pancatattwa,yaitu persembahan biji-bijian (mudra), daging(mamsa),ikan(matsya),
minuman keras (mada), dan symbol-simbol lingga-yoni(maithuna;melalui
bhakti;yogatantra;dan dengan memndapatkan anugrah Shiwa. Elain itu juga
tantrayana menganjurkan persembahan kurban binatang seperti kerbau,kambing,burung,dan
lain-lain.Apabila diamati lebih jauh hakikat ajaran Tantrayana memiliki
keserupaan dengan praktik agama Hindu di Indonesia, ini dapat dibenarkan dengan
datangnya agama Hindu ke Indonesia pada abad pertama masehi adalah semua mazhab
yang muncul pada zaman Purana, terutama mazhab Shiwagama atau Shiwatantra dan
Waishnawagama atau waishnawatantra.Kedua mazhab ini menekankan ajaran untuk
melaksanakan yajna(korbanbinatang) dan Panca Tattwa sebagai salah satu sarana
dan sadhana mencapai moksa.Lain itu pula bahwa agama hndu di Indonesia juga
mewarisi filsafat Shiwa Sidhanta yang berkembang di India selatan.Ciri penting
lainnya adalah munculnya pemujaan Pancayatana Puja(Bali;Pangider-ider).
BAB. V.
ZAMAN
REFORMASI HINDU (ZAMAN SANGKARACHARYA)
(
700 M – 1.200 M)
Akhir
zaman Purana ditandai dengan terjadinya kekacauan diantara umat Hindu, akibat
pertentangan yang hebat antara satu mazhab dengan mazhab yang lainnya, setiap
mazhab membenarkan prinsip-prinsip kepercayaan dan ajaran dari mazhab mereka
sendiri dan menyalahkan kebenaran dari mazhab yang lain.Pertentangan yang
terjadi tidak terlepas dari semakin berkembangnyatradisi filsafat di India
(darsana). Salah satu filsafat yang penting pada zaman ini adalah Mimamsa.Inti
dari filsafat Mimamsa adalah pengukuhan kesucian Weda bagian Brahmana yang
menekankan pada upacara agama (Karma Kandha).Ajaran ini bersumber dari kitab
Mimamsasutra yang ditulis oleh Maharshi Jaimini. Ajaran Mimamsa mengatakan
bahwa satu-satunya jalan untuk mencapai sorga atau moksha adalah upacara yajna
( Karma Kanda )dan persembahan kurban, dimana Raja-raja dinasti Gupta
terpengaruh untuk membangkitkan upacara-upacara yajna yang ada dalam Weda. Pada
masa ini ritualisme menjadi agama nasionalis(Rajeev.1990:29).Hampir bersamaan
dengan zaman ini ,muncul aliran filsafat lain yang disebutUttaramimamsa atau
Wedanta yang mendasarkan ajarannya pada kitab Wedantasutra yang ditulis oleh
maharshi Badarayana. Kehadiran golongan Wedantistelah menyebabkan pembaharuan
besar dalam keagamaan Hindu (Reformation of Hinduism) di India pada zaman itu
dan membuat gerakan untuk mensistematisasikan ajaran agama Hindu, secara
rasional dan radikal dengan demikian kitab suci Weda lebih mudah dipahami dan
dapat diterima oleh masyarakat umum.Salah satu pelopor gerakan ini adalah
seorang Brahmana asal keladi kerala,India Selatan yang bernama
Sangkaracharya(788 M – 820 M).Sangkaracharya memiliki kecerdasan yang luarbiasa
dalam bidang ajaran Shiwa Paksa dan berhasil menguasai Catur Weda dan susastra-susastra
Hindu lainnya.Sangkaracharya berhasil mengalahkan pemimpin-pemimpin suatu
aliran dalam diskusi spiritual dan mampu memenangkan perdebatan dengan
Bhiksu-bhiksu Budda di India sehingga agama Budda berhasil dilenyapkan dari
India dengan demikian Sangkaracharya banyak memiliki pengikut yang luar
biasa.Dengan semakin berkembangnya ajaran sangkaracharya maka pada zaman ini
agama Hindu mengalami perpecahan untuk
ketiga kalinya. Agama Hindu pecah menjadi dua golongan besar (Thapar,1979;261)
sebagai berikut.
1. Golongan
Wedanta ( Waidiki-Dharma) yang dipimpin oleh Sangkaracharya dari mazhab Shaiwa
dan Ramanuja dari mazhab Waishnawa, yang mendasarkan ajarannyakepada kitab
Brahmanasutra,Bhagawadgita, dan Upanisad (Wedanta). Ketiga kitab ini disebut Prasthanatraya
dan golongan ini disebut juga golongan rasionalis (Wedantis)
2. Golongan
Tantrayana (Tantrika-Dharma) atau golongan ritual yang dipimpin oleh Rshi
Prabhakara,Rshi Madhana Misra, Rshi Kumarila Bhatta dari mazhab Shiwa tantra
dan Waishnawatantra yang mendasarkan ajrannya pada upacara atau ritual yang
filosofinya diambil dari kitab-kitab Brahmana,Mimamsasutra dan kitab-kitab
Tantra (Agama) sering juga disebut golongan Hindu ortodoks (Brahmanisme) ,
dimana ajarannya ini sering digunakan melawan penganut agama Budda dan penganut
ajaran Wedanta atau golongan Wedantis ( Kundra,1968;220;Klostermaier,1998:107).
Sejak zaman inilah terjadi pertentangan yang hebat antara golongan Wedanta
dengan golongan tantrayana bahkan sampai sekarang.Gerakan yang dilakukan oleh
Sangkaracharya dan pengikutnya sangat gencar untuk mereformasi agama Hindu yang
menyebabkan ajaran Wedanta tampak begitu menonjol pada zaman ini sehingga para
ahli sejarah menyebut zaman ini sebagai zaman Reformasi Hindu atau zaman
Sangkaracharya. Ajaran filsafat Adwaita wedanta mengajarkan monism – absolute
yang menajarkan bahwa hanya ada satu realitas Tertinggi, yaitu Nirguna-Ishwara
atau Brahman, hanya Nirguna-Ishwara yang nyata (sat) ,sedangkan yang lain
hanyalah ilusi(maya). Dalam perkembangannya ajaran Adwaita-wedanta yang
diajarkan Sangkaracharya mengalami pertentangan dari golongan
Wedantis(Waishnawa Movement) dari mazhab waishnawa yang dipelopori oleh
Ramanuja. Kemudian filsafat Wisistadwaita juga ditentang oleh pemimpin golongan
Waishnawa-wedanta lainnya yang bernama Madhwa yang membangun system filsafat
dualismenyayang disebut dwaita-wedanta berdasarkan atas kitab bhagavatam
puranam yang menjadi Realitas Tertinggi bukanlah Brahman yang nirguna (tanpa
sifat),tetapi Tuhan yang Berpribadi dan memiliki sifat-sifat yang banyak sekali
(saguna). Jnana9pengetahuan tentang sifat-sifat Tuhan) akan menuntun orang
menuju bhakti.Melalui bhakti manusia akan mencapai tujuan akhir,yaitu melihat
langsung Maha wisnu atau Hari yang akan menuntunmenuju moksa,kebahagiaan
abadi.Dengan demikian terjadilah perbedaan prinsip filsafat dan perpecahan pun
terjadi dalam golongan Waishnawa-wedanta,masing-masing membangun garis
perguruan yang disebut Sampradaya, dan memuja Krishna sebagai Tuhan. Mazhab
Waishnawa-wedanta memiliki empat Sampradaya yaitu Sampradaya Shri-Waishnawa
(Waishnawa Ramanuja),Sampradaya Brahma (Waishnawa Madhwa),Sampradaya Rudra (Waishnawa wallabha),Sampradaya
Kumara(Waishnawa Nimbarka), nama-nama tersebut tidak ada hubungannya dengan
Shiwa. Mazhab Shaiwa yang kena pengaruh ajaran Tantrayana(Shaiwatantra atau
Shaiwagama) juga mendasarkan ajaran filsafatnya pada Filsafat Adwaita(monisme-absolut).Dengan
persatuan kedua ajaran ini maka muncullah beberapa variasi filsafat Shaiwa
Siddanta ,antara lain dariTamil,Deccan dan maysor,Khasmir, demikian pula Shaiwa
siddanta dari Indonesia ( Bali) yang semua varian dari perkembangan filsafat
ini meyakini Kitab Suci Weda lebih tinggi dari filsafat ini muncullah ajaran
Shaiwa bhairawa.
BAB. VI
ZAMAN GERAKAN BHAKTI ( BHAKTI
MOVEMENT)
(1.200 M – 1.800 M )
Sejak
tarikh awal masehi,India sudah dikunjungi oleh orang-orang asing yang beragama
non-Hindu, seperti orang-orang Kristen,Islam yang pada awalnya berdagang dan
ada juga menyebarkan agamanya.Dalam bidang keagamaan ,prinsip-prinsip dan
ide-ide dari ajaran Islam begitu kuat mempengaruhi pemimpin-pemimpin Hindu baik
secara langsung maupun tidak,seperti gerakan keagamaan Hindu terutama adalah
munculnya ajaran-ajaran yang sederhana seperti ajaran tentang monoteisme
(percaya kepada satu Tuhan),anti terhadap penyembahan patung,dan semua orang
adalah saudara dengan hak-hak yang sama.(Manusa Pada),disamping itu juga ajaran
golongan Sufi mempengaruhi agama indu yaitu hidup dengan jalan mengasingkan
diri ,mengabdikan diri dan mempersiapkan diri mereka untuk merealisasikan Tuhan
dengan jalan Samadhi ( Kundra,1968;391;Mahajan,2001;388;Luniya,2002:328).
Ajaran Sufi begitu kuat pengaruhnya terhadap ajaran Bhakti(Bhakti cult) yang
muncul pada zaman ini umumnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
pertama,gerakan yang semata-mata hanya berdasarkan pada ajaran agama Hindu dan
Sosial seperti yang dipimpin oleh ramanuja,Ramananda,Basawa,Nimbarka,wallabha,Chaitanya,Tulsidas
dan lain-lain, dan kedua adalah gerakan yang mendasarkan pada ajaran agama yang
terkena pengaruh Islam misalnya gerakan yang dipimpin oleh Nam Dev,Guru
nanak,Kabir,dan lain-lain. Gerakan bhakti yang muncul pada zaman ini menekankan
pada ajaran kesamaan hak dan kedudukan dalam masyarakat (Manusa Pada) dan
memegang teguh keyakinan bahwa martabat manusia tergantung pada tindakan
mereka, bukan karena kelahirannya.
Pada
kelompok Waishnawa golongan pertamaprinsip utamanya adalah percaya Tuhan
Monoteis yang diterima sebagai Tuhan yang Berpribadi yaitu Wishnu,Hari, Rama
atau Krishna diwujudkan dengan menyebut namanya berulang-ulang
(kirtanam),demikian juga dengan mempersembahkan pikiran,perbuatan,dan kekayaan
hanya kepada Tuhan tersebut dan kedudukan seorang guru,Swami atau Baba juga
sangat penting memnggantikan pendeta. Gerakan Bhakti juga dilakukan oleh
golongan Waishnawa-wedanta lainnya yang dipelopori oleh Tulsi Das yang juga
sebagai pendiri dari mazhab penyembah Rama (Religion of the Charit
Manas),disamping itu juga muncul mazhab Gauddiya waishnawa-wedanta yang
menurutnya Krishna berwujud brahma untuk menciptakan alam semesta.Kemudian
Krishna mengajarkan ajarannya kepada Narada dan Narada mengajarkan kepada Wyasa
mengenai Kitab Suci Catur Weda kemudian kitab Suci ini diajarkan kepada Rsi
Madhwa.Gerakan Bhakti yang bergerak dalam bidang agama dan social yang terkena
pengaruh Islam dipelopoi oleh Guru nanak dan Kabir. Guru nanak(1.469 M) adalah
seorang reformis dan pendiri agama Sikh dari mazhab Waisnawa, yang mengajarkan
ajaran waishnawa bebas dari praktek penyembahan patung,bebas dari kasta(caste
system), dan bebas dari takhayul. Guru nanak mendirikan agama Sikh yang
bertujuan untuk mempersatukan ajaran agama Islam dengan ajaran Hindu sekaligus
mempersatukan kedua umat beragama tersebut.Kabir mengajarkan ajaran agama
berdasarkan cinta kasih dengan tujuan untuk mengembangkan persatuan antara
semua kasta dan agama, Ia menentang praktik penyembahan patung,upacara agama
dan yajna (kurban suci) dan menekankan kesamaan hak di antara manusia.
BAB. VII.
GERAKAN HINDU MODERN ( MODERN HINDU
MOVEMENT)
( 1. 800 M – 1.947 M)
Kedatangan
orang-orang Inggris yang menaklukkan India dan mereka juga menyebarkan agama
Kriten dan kebudayaan barat dengan misionaris-misionaris dalam jumlah besar
terjadi pada tahun 1813 masehi.Para misionaris berusaha mendiskreditkan agama
Hindu dan berusaha mengkonversikan orang-orang Hindu untuk masuk Kristen.Upaya
ini berhasil menarik simpati orang Hindu terutama dari kasta Pariah (lower
caste) untuk berpindah agama. Untuk melawan propaganda Kristen maka para
cendikiawan Hindu yang telah menyelesaikan studinya di luar negeri mulai melakukan
reformasi ajaran agama Hindu yang terjadi tahun 150 M hingga 1950 M dengan
jalan menafsirkan agama Hindu secara modern. Gerakan golongan rasionalis ini
muncul secara serentak,terutama di India Timur yang berpusat di Kalkuta, yang
merupakan gerakan radikal dengan merombak agama Hindu sedemikian rupa dan juga
memasukkan ajaran yang bak dalam agama Kristen,Islam,Buddh dan Zoroaster
menjadi ajaran Hindu (Upanisadic thought) sehingga agama Hindu menjadi lebih
modern dan maju.Periodisasi zaman Gerakan Hindu Modern (Neo Hinduism) (
Narang,1969;87) di India pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu gerakan
yang muncul sebelum India merdeka(Pre Indian Independence) dan gerakan yang
muncul setelah india merdeka(Post Indian Independence). Namun demikian , berdasarkan
pokok-pokok ajarannya gerakan ini dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu
golongan reformis(pembaharuan Hindu) dan golongan revivalis (kebangkitan
kembali Hindu). Pemimpin Gerakan reformasi yang terkenal adala Raja Ram Mohan
Roy,Mahatma Gandhi,Dewendranath Tagore, dan lain-lain.Pemimpin-pemimpin gerakan
revivalis adalah Swami Dayananda saraswati,Ramakrishna Paramahamsa,Swami
Wiwekananda, dan lain-lain. Gerakan Hindu modern di India dipelopori untuk
pertama kali oleh Raja ram Mohan Roy(1.772 M – 1.833 M ) dengan mendirikan
gerakan bernama Brahma samaj ( 1.828 M ) yang bermaksud mereformasi agama hindu
untuk menghadapi penyerangan agresif dari agama –agama lain dan juga
mengajarkan bahwa Hinduisme adalah “A Way Of Life” ( jalan hidup 0 dan bukanlah
agama yang semata-mata dogmatis.Brahmo Samaj berpendapat bahwa” menerima dan
menjalankan begitu saja adat dan tradisi kuno merupakan suatu kesalahan besar “.
Tradisi itu harus diterima dan dijalankan hanya berdasarkan nilai-nilai social
dan spiritual.Gerakan Brahmo samaj diikuti oleh Dewendranath Tagore ( 1.817 M –
1.905 m )dengan mendirikan aliran ( sect) Bharatiya Brahmo Samaj yang ajarannya
bersumber dari Wedanta yang bebas dari pemujaan patung, dan juga tidak percaya
dengan kemanjuran atau mukjizat dari upacara dan upakara yajna.Pemimpin gerakan
Hindu modern yang sangat terkenal adalah Mahatma Gandhi ( 1.869 – 1948 M).
Ajaran umumnya disebut Gandhian ( Grover, 1998;462). Mahatma Gandhi mendirikan
gerakan Sarwodaya(1904 M ) dengan mengatakan “ What we see today is not pure
Hinduism “ ( Apa yang kita lihat sekarang bukanlah Hindu yang murni ). Mahatma
Gandhi menginginkan pemurnian Hindu”purified Hinduism” dimana Weda, Upanishad,
Itihasa, dan Purana-purana adalah kitab suci, tetapi kebenarannya harus diinterpretasikan
secara rasional, seperti misalnya perang mahabaratha sejalan dengan ajaran
Ahimsa karena perang itu adalah perang spiritual atau perang suci dalam diri
manusia . Ajaran Gandhi tentang social –politik yang ternama adalah ahimsa (
poitik tanpa kekerasan ) dan swadeshi (kemandirian)(Narang,1969;101-103;Grover,1998;463).
Golongan reformis ingin mereformasi ajaran agama Hindu dengan ajaran – ajaran
yang lebih rasional . Ajaran ini bersifat toleran ,a-literer(tidak fanatik pada
satu kitab suci), dan universal artinya dari manapun sumber ajarannya, asalkan
dipandang baik dan rasional maka akan diterima menjadi ajaran Hindu. Sebaliknya
gerakan revivalis justru ingin mengembalikan pelaksanaan agama Hindu
semurni-murninya. Pemimpin gerakan revivalis yang terkenal adalah Swami
Dayanand Saraswati dengan mendirikan gerakan yang disebut Arya Samaj (1.875 M )
dengan keyakinan Weda sebagai satu-satunya sumber kebenaran ( Grover,
1998:386;Sharma,2002;280).Swami dayanand saraswati mengatakan bahwa Weda bebas dibaca
setiap orang, Ia menekankan ajarannya pada hal-hal berikut .
1. Menentang
penyembahan patung.
2. Menolak
adanya Awatara
3. Menolak
kepercayaan kepada takhayul dan kekuatan gaib.
4. Menentang
kebohongan dari kitab Smrti,termasuk
kitab Itihasa dan Purana.
5. Menentang
adanya system kasta.
6. Menentang
pelaksanaan yajna(kurban binatang).
7. Menentang
pemujaan dan upacara untuk leluhur.
8. Menetang
ajaran Tirthayatra.
9. Mengakui
bahwa setiap orang dari kasta apapun bisa menjadi pendeta.
10. Menentang
membuat dan mempersembahkan sesajen.
11. Menentang
pembuatan kuil –kuil pemujaan dan menggantinya dengan Havan(istilah lain untuk
Homa atau Agnihotra)(Narang,1969;94;Rajeev,1990;37)
Pemimpin
lain dari golongan revivalis adalah Ramakrishna Paramahamsha (1.836- 1.866 M)
yang lahir dalam kalangan tradisi, bukan dari pendidikan modern.Namun, dia
mengakui bahwa dalam meditasinya telah berhasil merealisasikan berbagai wujud
Tuhan seperti, Krisna,Rama,Yesus dan lain-lain.Ajarannya merupakan campuran
dari ajaran Tantrayana ,Waishnawa,dan mencampur ajarannya dengan ajaran
Budda,Islam ,Kristen dan agama lainnya dari sinilah muncul ajaran Sarwa Dharma
yang artinya smua agama sama hanya jalannya yang berbeda-beda ,dengan nama
apapun Tuhan dipanggil maka Ia akan datang. Dia juga mengajarkan pelayanan
kemanusiaan bahwa melayani sesama manusia sama dengan melayani Tuhan ( Manawa
sewa madhawa sewa )( Rajeev,1990;28-29;macmillan (ed),2001;874-875,Sharma,
2002;284). Penerus dari Ramakrishna Paramahamsa adalah Swami Vivekananda,lahir
dari keluarga Ksatrya dengan nama kecil Narendra yang mengajarkan ajaran Neo
Hinduisme untuk meninggalkan semua takhayul dan mengikuti ajaran yang rasional,
karena kecerdasan dan keberaniannya telah mengantarkan ke konferensi
agama-agama di Chicago dan berpidato disana pada tahun 1.893 M.Bersamaan dengan
berlangsungnya gerakan Hindu Modern di India,rupanya juga terjadinya
kebangkitan agama Budda sebagai pelopor seorang sarjana hukum dari kastaPariah
( di luar catur warna)dengan gerakan Neo-Buddisme yaitu Dr.B.R.Ambedkar dengan
mengambil ajaran dari agama Buddha Hinayana.Adapun cirri-ciri penting dari
kedua gerakan Hindu Modern adalah sebagai berikut :
1. Ciri
penting ajaran golongan reformis :
b. Penafsiran
terhadap kitab suci Weda secara rasional.
c. Hindu
sebagi Way of Life.
d. Menolak
adat istiadat,dogma,dan takhayul.
e. Hindu
bersifat toleran dan bebas diinterpretasi.
f. Penafsiran
berdasarkan atas logika atau rasio.
g. Menolak
upacara dan upakara.
h. Menolak
ajaran thirta yatra.
i.
Menolak ajaran agama yang tidak logis.
j.
Menolak ajaran pendeta yang tidak logis.
k. Mencampurkanadukkan
ajaran agama-agama.
l.
Mengajarkan prisip-prinsip agama
universal.
2. Ciri
penting ajaran golongan revivalis :
a. Hanya
Catur Weda yang benar, (smrti,itihasa,purana tidak benar )
b. Populernya
gerakan back to Veda.
c. Weda
boleh dibaca siapapun, tanpa memandang kasta.
d. Semua
orang dari kasta apapun boleh menjadi pendeta.
e. Menolak
seluruh upacara dan upakara yang tidak logis.
f. Munculnya
ajaran sarwa dharma, semua agama sama saja.
g. Ajaran
kemanusiaan universal “melayani sesama manusia sama dengan melayani Tuhan”
h. Pemurnian
ajaran Hindu melalui rasionalitas.
Setelah
India merdeka pada 15 Agustus 1947,gerakan kebangkitan kembali agama Hindu
mendapat spirit baru dengan munculnya gerakan teosofis(Pemahaman Ketuhanan
melalui pemikiran rasional) yang luar biasa dan orang-orang suci seperti
Swami,Baba dan lain-lain dengan ajaran –ajaran hanya memakai satu atau beberapa
kitab suci,ada yang menggunakan Catur Weda, Kitab Upanisad dan Wedanta,Itihasa
dan Purana. Organisasi keagamaan Hindu yang muncul pada zaman ini antara lain :
Sai Baba,Ananda Marga, Brahma Kumari, Babaji, Radhaswami Satsang, Mataji Shri
Nirmala Dewi,Shri Shri Ravi Shankar,Swami Dhananjoy das Kathia Babaji,Mata
Amritanandamayi Devi,Sadguru Jaggi Vasudev, Bhagawan Rajneesh, Swami
Chimananda,dengan Chinmayananda mission, Babaji Haidakhana, dan
lain-lain.Demikian juga dengan masyarakat kesdaran Krishna didirikan oleh A.C.
Bhaktiwedanta di new York,Amerika Serikat, dan organisasi ini menyebar
keseluruh dunia (Klostermaier,1998;156).
Kebhinekaan
adalah sebuah keniscayaan,dalam kebhinekaan terdapat keesaan nilai yang ajeg
sepanjang masa, betapapun evolusi sejarah perkembangan agama itu berjalan .Munculnya
sekte-sekte dalam agama Hindu di India menjadi bukti bahwa agama Hindu terbuka
dengan masuknya nilai-nilai baru yang menjadi spirit zaman. Semuanya memiliki
kebenarannya sendiri-sendiri, sehingga diperlukan sikap saling
menghargai,menghormati, dan tidak saling menjelekkan antar penganut sekte.
SUKSEMA ATAS TULISANNNYA ! PENAMBAH PENGETAHUAN TENTANG PERKEMBANGAN HINDU DARI JAMAN KE JAMAN !! IJIN UNTUK COPY TULISAN INI.
BalasHapus