Banten disebut juga Bali, Bhakti atau Upakara, mempunyai 5
fungsi:
|
1
|
Sebagai niyasa (simbol) Hyang
Widhi/ Dewa/ Bhatara-Bhatari
|
2
|
Sebagai sarana penyucian
|
3
|
Sebagai sarana penyaksian
(saksi) untuk acara tertentu
|
4
|
Sebagai ayaban (aturan/
persembahan, cetusan rasa bhakti)
|
5
|
Sebagai tataban (prasadam/
berkah yang kemudian disantap setelah ngelungsur ayaban)
|
Besar/ kecilnya volume banten
tergantung dari kemampuan riil kita. Maka disediakan sembilan alternatif
volume banten sebagai berikut: mula-mula dibagi dalam 3 kelompok: alit,
madya, ageng. Kemudian masing-masing kelompok dibagi lagi menjadi 3 sub
kelompok, misalnya: aliting alit, madyaning alit, utamaning alit,
dst.
Jadi tidak benar untuk setiap
upacara diharuskan dengan volume banten besar (tentunya dengan biaya
tinggi). Banten adalah bagian dari upacara, dan upacara adalah salah satu
wujud yadnya. Selanjutnya yadnya dilakukan karena ada Rnam (hutang
manusia kepada Widhi, Rsi dan Pitra). Maka yadnya yang baik adalah yang
"satwika". Unsur-unsur satwika antara lain bahwa upacara
dilaksanakan berdasarkan hati suci yang tulus ikhlas.
Maka sekali lagi berupacaralah
dengan kemampuan yang riil, agar tujuan upacara tercapai dengan baik. Saya
punya diktat tentang banten secara panjang lebar susunan saya sendiri dari
berbagai sumber. Cukup tebal (setebal ensiklopedi); bila ada rekan-rekan
sedharma yang ke Singaraja, mampir, saya berikan cuma-cuma.
Om Santi, Santi, Santi, Om....
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar